Rabu, 24 September 2008

Arti Keluarga

Keluarga adalah ruang lingkup terkecil dari sebuah susunan masyarakat. Dari keluarga pula kita mulai belajar dari hal yang kecil sampai yang besar. Bagi saya, keluarga mempunyai peran yang sangat-sangat penting untuk hidup saya, tapi mungkin saya sedikit terlambat untuk menyadari arti keluaraga.
Jujur, saya adalah tipikal orang yang cuek. saya tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan saya, tapi sejalan dengan penmabahan usia, saya mulai belajar untuk lebih peduli pada lingkungan saya.
sudah lumayan lama saya coba untuk meriview ingatan saya tentang pengorbanan-pengorbanan yang telah keluarga berikan pada saya. ketika saya terus mengingat pengorbanan itu, saya semakin mengerti arti keluaraga.
terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, saya tumbuh dan berkembang dengan keadaan ekonomi yang tidak bergelimang harta, saya dan 5 orang kakak saya harus berjuang bersama demi mewujudkan cita-cita kami.
satu hal yang paling saya ingat dari sekian pengorbanan keluarga saya adalah ketika saya duduk di kelas dua SD. ketika itu saya tidak punya buku bacaan dan saya merengek-rengek pada bapak untuk minta belikan buku itu, saya tahu waktu itu bapak tidak punya uang, tapi saya terus merengek, hingga akhirnya bapak, tidak tahu dapat uang dari mana , mengantar saya beli buku itu.
siang itu sekitar pukul sepuluh pagi, kami berangkat naik sepeda ongkel melewati jalan raya yang penuh sesak dengan mobil, saya di bonceng bapak di belakang. saking senangnya saya tidak sabar untuk sampai ditoko buku, tidak sadar, sandal jepit saya terlepas. bapakpun turun dari sepeda dan menyuruh saya menepi. dengan penuh perjuangan, kepanasan, bapak berlari mengambil sandal saya yang terjath sudah cukup jauh. bahkan saya masih dapat menginat bagimnaa raut muka bapak ketika mengambil sandal itu hingga sekarang. bagi saya itu adalh pengorbanan yang sangat besar.
menginjak SMA, sebenarnya nilai saya cukup untuk masuk SMA Negri favorit, tapi karena "tingkah "kakak ang tidak setuju, diam diam dia mengambil formulir pendaftaran saya lalu memindahkannya pada SMA Negeri pinggiran. Tentu saya marah sekali waktu itu, saya tidak mau terima segala alasan yang dibuat oleh kakak saya, tapi dengan sabar ibu memberitahu saya, bahwa saya harus mau nurut, karena biaya sekolah saya ditanggung kakak. saya gondok untuk waktu yang cukup lama. selama kelas satu SMA, saya berangkat pagi pulang malam, malas untuk pulang kerumah, saya ikut ekstra jurnalistik, disini saya merasa enjoy, dan seperti menemukan dunia baru saya
setelah saya lulus SMA, saya tidak bisa langsung kuliah, saya harus bekerja selama dua tahun hingga akhirnya alhamdulillah saya bisa kuliah dengan biaya sendiri. saya bekerja memberi les privat sampai bantu saudara didepotnya. sekarang saya baru sadar mengapa dulu kakak memindahkan formulir saya. sekarang saya sadar dan bersyukur diberi keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung saya tanpa pamrih
saya selalu ingat pesan bapak"jangan jadi orang pandai tapi jadi orang yang ngerti"
pesan ibu" ridho orang tua, ridho Allah"
pesan kakak " hidup berputar seperti roda kadang diatas kadang dibawah, jadi kalau jalan yang seimbang. jangan terlalu lama memandang keatas ataupun kebawah"